Sabtu, 08 November 2014

Net

Di bangku sekolah Anda pastinya mengetahui tentang pengasingan Ir. Soekarno di Bengkulu pada 1938-1942. Nah, rumah kediaman tempat pengasingan presiden pertama Indonesia ini layak untuk menjadi pilihan yang tidak boleh terlewat saat Anda menyambangi Bengkulu. Saat Idul Fitri, rumah pengasingan ini akan sangat padat dikunjungi wisatawan.
Melanjutkan pengasingannya dari Ende, Flores, kemudian Bung Karno menempati rumah ini dari tahun 1938 hingga 1942. Di Bengkulu, Sang Proklamator bertemu dengan Fatmawati, gadis asli Bengkulu yang kemudian menjadi istrinya sekaligus sang penjahit Bendera Sang Saka Merah Putih saat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Lokasi Rumah Pengasingan Bung Karno terletak di Jalan Jeruk yang sekarang berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu. Lokasinya di pusat kota akan memudahkan Anda menemukannya.
Di rumah ini tersimpan benda-benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah sekaligus menemani Bapak Proklamator dalam menyusun strategi-strategi perjuangan selama di pengasingan. Pembagian ruangan dan penataan koleksi benda bersejarah di rumah ini rapi dan teratur.
Rumah pengasingan ini ukuran aslinya adalah 162 m² dengan bangunan 9 x 18 m. Bentuk bangunannya empat persegi panjang tidak berkaki dan dindingnya polos. Memiliki halaman yang cukup luas dengan atap berbentuk limas. Pintu utamanya berdaun ganda berbentuk persegi panjang dengan jendela persegi panjang berhias kisi-kisi. Belum diketahui kapan rumah ini pertama kali didirikan namun diperkirakan dibangun awal abad ke-20.
Awalnya rumah tersebut merupakan milik pengusaha Tionghoa bernama Tan Eng Cian yang bekerja saat itu sebagai penyumplai  sembako untuk Pemerintah Hindia Belanda. Anda masih dapat melihat ciri rumah Cina dari bangunannya pada lubang angin yang terdapat di atas jendela dan pintu bermotif huruf Cina. Rumah ini kemudian disewa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menempatkan Bung Karno selama diasingkan di Bengkulu.
Saat ini bangunan lamanya masih dipertahankan seperti awalnya hanya saja pada 2006 Pemprov Bengkulu menambahkan bangunan bernama Persada Bungkarno yang berfungsi sebagai museum, perpustakaan, ruang pertemuan, dan gedung pertunjukan. Untuk masuk ke rumah Bung Karno ini, Anda dikenakan biaya Rp2.500,-

Kegiatan

Di Rumah Pengasingan Bung Karno Anda dapat melihat langsung sepeda ontel kesayangan Bung Karno. Sejumlah foto yang dipajang secara acak di beberapa ruangannya. Bahkan, ada pula surat cinta Bung Karno untuk Ibu Fatmawati.
 
Beragam buku koleksi Bung Karno tersimpan di dua lemari kaca. Beberapa koleksi buku Bung Karno adalah: “Het Post Zegelboek”, “Jong Java’s Lief en Leed”, “The Automatic Letter Writer”, “Plammarion-in Het Stervensuur”, “Mia Bruyn-Buwehand”, “de Rhynmonders”, dan “Katholieke Jeugdbubel”.
 
Koleksi buku musik Bung Karno akan mengarahkan Anda pada kesimpulan bahwa memang Bapak Pendiri Negara ini adalah juga seorang pemusik atau paling tidak mempelajari musik dan tertarik pada musik. 
 
 
Terpajang juga kursi, meja, hingga tempat tidur yang digunakan Bung Karno. Di salah satu ruangannya dapat Anda temukan sebuah mesin jahit antik yang dulunya biasa dipakai Ibu Fatmawati. Sejumlah perlengkapan rumah tangga yang dulu digunakan Bung Karno pun masih tersimpan di sini. 
 
Ada juga beberapa kostum yang biasa dipakai untuk pertunjukan tonil. Dimana saat pengasingannya di Bengkulu, Bung Karno menulis naskah tonil berjudul “Monte Carlo”. Naskah tersebut dipentaskan dimana buktinya tersimpan di beberapa lemarinya berupa kostum para pemeran sandiwara “Monte Carlo” tersebut.
 
Di bagian belakang rumah ini terdapat sumur yang dipercaya membawa berkah. Uniknya banyak orang yang pernah cuci muka ataupun berwudhu dari sumur tersebut.
 
Jangan lewatkan untuk melanjutkan perjalanan wisata sejarah di Bengkulu dengan mengunjungi Rumah Fatmawati yang letaknya hanya 600 meter dari rumah pengasingan Bung Karno. Lokasinya dekat Bundaran Simpang Lima di depan Kantor Walikota Bengkulu. Rumah itu berwarna coklat dan bercirikan bangunan tradisional. Awalnya rumah tersebut adalah tempat tinggal Fatmawati bersama keluarganya  sebelum menikah dengan Bung Karno. Kini bangunannya difungsikan menjadi museum. Anda dapat menemui perabotan dan barang-barang milik Ibu Fatmawati, termasuk mesin jahit yang digunakan untuk menjahit Bendera Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

sumber : wonderful indonesia

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Baca Tip Kesehatan

Translate

- Copyright © UPDATE PRIBADI -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -